Konon katanya wanita muncul setelah adanya Nabi Adam di Surga dan karena wanita pula akhirnya Nabi Adam diturunkan dari Surga. Pandangan seperti ini yang biasanya dijadikan bahan becandaan kaum laki-laki bahwa tumpu kesalahan manusia saat ini tidak berada di surga adalah karena wanita, mungkin oknum-oknum itu lupa bahwa karena hal tersebut juga saat ini ada peradaban yang membuat manusia sekarang bisa merasakan dunia, *Win-win argumen* perempuan dan laki-laki saling melengkapi.
Laki-laki yang menjual agama atau bertameng agama dibalik sifat maskulin berlebih kadang malah menjadi sumber penyakit di kalangan masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah. Saat ini kasus pelecehan seksual tidak hanya terjadi terhadap wanita di luar keluarga bahkan banyak kasus terhadap saudara bahkan anak kandung sendiri. Banyak faktor mungkin yang bisa menjadi penyebab seseorang bisa memuaskan hasrat seksual hingga memutuskan bertindak menyalahi norma yang berlaku. Lagi-lagi mungkin adalah kemudahan akses informasi dan kemampuan seseorang untuk mengolah informasi tersebut, terutama pada masyarakat dengan kemiskinan struktural yang jangankan memiliki akses pendidikan memadai untuk memenuhi isi perut saja perlu memutar otak berulang kali.
Hal yang kontradiktif, memang terkadang lebih baik bisa menonton youtube dan tiktok dibandingkan memikirkan bagaimana caranya agar dapur tetap menyala. Disaat yang bersamaan konten-konten potongan ceramah agama yang tidak komprehensif sangat mudah diakses mengakibatkan tumbuhnya masyarakat ekstrimis agamis dan atau patriarkis.
Orang-orang dengan sifat ekstrimis agamis dan atau patriarkis ini akan membenarkan dengan menjadikan wanita sebagai objek untuk laki-laki. Poin yang ingin disampaikan adalah bukan serta merta menjadikan wanita sebagai imam dalam sebuah agama, namun memastikan wanita juga berhak untuk merasa aman dan tidak terintimidasi ketika berada di lingkungan laki-laki. Contoh kecil ada yang melakukan pembenaran bahwa wanita harus tunduk dan patuh seperti yang dilakukan Asiyah terhadap Firaun, pemahaman seperti ini akan terjadi jika dilakukan hanya mendapat sebagian informasi, pada kenyataannya Asiyah tidak pernah tunduk terhdap Firaun, bahkan pernikahan yang dilakukan juga secara paksa, dan Asiyah tidak pernah mengakui Firaun sebagai Tuhan. Justru keberdayaan Asiyah disini adalah ia tetap berpegang pada prinsipnya sama seperti Firdaus dalam buku Perempuan di Titik Nol yang memutuskan untuk mengambil hukuman mati dibandingkan harus berkompromi dengan para penggila maskulin itu.
Solusinya mungkin adalah perempuan jangan lagi dipandang hanya sebagai si yang harus tunduk dan yang harus patuh, namun diberikan hak untuk bersuara. Sejatinya, baik perempuan dan laki-laki memiliki pakemnya masing-masing namun hal ini tidak menjadikan alasannya bahwa satu kaum berhak menyudutkan kaum lainnya.
Kalteng, 18 Mei 2025.
No comments