Saat seseorang mengingat nama seseorang apakah sudah dianggap kenal. Kenal sendiri menurut KBBI merupakan keadaan dimana seseorang mengetahui orang lain baik dalam kadar yang dangkal maupun dalam, oleh karenanya kadang ada kalimat seseorang sekadar mengenal atau sudah benar-benar mengenal orang tersebut. Namun berbicara tentang proses mengenali yang sering dikaitkan dengan orang lain, ternyata ada yang mungkin lebih menarik yaitu mengenali diri sendiri.
Berawal dari rasa penasaran saat melihat kasus depresi yang banyak meningkat bahkan dari lingkungan pertemanan dari yang normal dan ada juga yang aneh seperti fenomena oknum mendiagnosis diri sendiri dengan menaruh kata "bipolar" di bio sosial media pribadi, serta lingkungan pertemanan yang tidak represif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kata depresi. Saya juga membaca beberapa kasus khususnya di Banjarbaru yang notabene merupakan Kota madyanya Kalimantan Selatan kala itu dan menemukan bahwa terdapat anak-anak remaja yang memutuskan bunuh diri. Jika dipandang secara kasat mata mungkin kita hanya akan berkata apa yang menyebabkan anak-anak ini sampai akhirnya bisa memutuskan bunuh diri padahal tidak tinggal di kota besar, tekanan hidup mereka juga mungkin tidak besar karena mereka hanya anak remaja. Padahal pandangan dangkal semacam ini yang bisa jadi pemicu anak-anak yang "kita anggap tidak mempunyai masalah berarti tersebut". Hal yang luput dari pandangan adalah mungkin anak ini bisa jadi bukan tinggal di Kota Besar tapi informasi yang dia terima dari telepon genggam yang digadang sebagai "smart phone" itu bisa jadi melebihi dari kapasitas otak anak tersebut atau apesnya anak ini hidup di lingkungan yang tidak mengerti bahwa manusia stress tidak selalu berkaitan dengan keimanan seseorang. Rasa penasaran saya akhirnya terjawab pada saat membaca buku Alasan untuk Tetap Hidup serta Series buku I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki, di dua buku ini saya mengerti bahwa memang ada manusia yang sebegitu diaturnya oleh apa yang didalam otaknya yang mana ini dapat dipengaruhi banyak faktor dapat berasal dari rasa takut dirundung karena pilihan yang berbeda, tuntutan masyarakat dengan segala normanya, atau bahkan trauma pada hal-hal dasar seperti pembulian, tidak kekerasan seksual maupun cara didik orang tua uniknya jawaban dari seseorang ketika ia ingin bertahan hidup sesederhana masih ingin mencoba makanan baru atau tempat baru.
Dengan kondisi negara yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 270 juta ini pastinya tidak bisa berharap lebih kepada pemerintah, walaupun bersikap apatis juga bukan hal yang benar, toh harga telur saja berdampak dari kebijakan pemerintah. Sejatinya setiap individu itu memiliki kewajiban untuk mengenali dirinya sendiri, walaupun hal ini tidak bisa dihitung dengan persentase yang presisi alias pas banget. Karena manusia itu dari dulu adalah makhluk sosial maka yang menjadi tolok ukur adalah destruktif atau tidaknya ketika seseorang tidak bisa mengenali dirinya. Mengenali diri disini adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri sebagai seorang manusia dan sesederhana mengetahui apakah ia sedang marah, senang, sedih atau sedang mati rasa, dalam bahasa yang lebih singkat adalah ia mengerti emosi yang sedang ia alami, dan tahu cara untuk mengekspresikan emosi tersebut. Kebiasaan orang Indonesia yang nggah nggeh sebenarnya dapat menjadi tameng yang bagus untuk mempertahankan budaya ketimuran namun ketika sudah berlebih justru bisa menjadi bumerang. Manusia sebagai makhluk yang kompleks tidak bisa dinilai hanya berdasarkan benar atau salah apalagi jika hal ini sudah dikaitkan dengan pengelolaan emosi masing-masing individu. Beberapa orang perlu waktu ketika ingin menyelesaikan masalah dengan cara mungkin mengasingkan diri dari keramaian sedangkan beberapa yang lain mungkin tidak menyukai masalah yang tertunda penyelesaiannya. Hal sederhana ini justru bisa menjadi masalah besar seperti kasus anak remaja yang memutuskan bunuh diri dengan meninggalkan surat wasiat bahwa tidak lulus ujian atau putus dari pacar. Jika dihakimi secara gampang ditengah masyarakat yang feodal maka akan muncul argumentasi seperti kedua anak ini tidak beriman atau tidak pandai bersyukur, jika ditarik lebih jauh mengapa permasalahan semacam ini tak mampu dikomunikasikan sampai harus berakhir pada mengakhiri hidup, seburuk itukah kemampuan anak remaja untuk mengelola emosi, bukankah generasi ini pula yang dicanang menjadi generasi emas 2045. Sepertinya mimpi untuk mendapatkan generasi emas di 2045 cukup jadi mimpi jika hanya untuk mengatakan bahwa ujian itu membuat stress saja seorang anak harus mengakhiri hidup.
Perkara mengenali diri sendiri tidak pernah ada batasan untuk setiap skala umur baik tua maupun muda dan bagi yang memiliki uang berlebih mungkin bisa dialokasikan ke psikolog atau ditengah ekonomi yang sulit ini paling minim adalah dengan cara memilah informasi yang masuk ke otak atau jika dikaruniai pasangan yang bisa saling mengerti juga sebuah privilige. Karena manusia itu terbentuk dari apa yang ia lihat dan dengar, dan informasi yang berulang dimasukkan ke dalam otak berpotensi akan menjadi bagian dari pribadi seseorang. Mungkin ada benarnya perkataan bahwa semua berawal dari pikiran, yang mana pikiran ini selalu berkaitan dengan emosi. Walaupun argumen ini juga bisa didebat karena tidak bisa sesuatu yang kompleks hanya ditanggapi dengan itu hanya pikiran saja. Hal yang saya dapat setelah memutuskan untuk lebih terbuka tentang perasaan saya adalah saya mengerti ketika manusia bisa seterbuka itu dengan seseorang ketika dia merasa aman dan nyaman dengan seseorang dan bisa lebih memetakan pola pikir serta hal-hal yang terlihat kompleks itu, Evita kecil mungkin akan menjadi suporter paling heboh ketika tahu bahwa sekarang bisa berdamai dengan banyak hal dan sekarang bertemu bapak negara yang sabarnya patut diapresiasi karena mampu menghadapi segala macam pertanyaan penting dan tidak penting dari si Evita ini.
Proses pengenalan diri sendiri juga merupakan proses sepanjang masa sama setaranya dengan pengenalan seseorang terhadap yang diluar dirinya seperti pasangan, keluarga, lingkungan dan hal lainnya. Semoga ketika semakin banyak orang waras yang mengerti dirinya ditengah kondisi yang bagaimanapun akhirnya tetap bisa bertahan karena ia masih menemukan orang waras lainnya.
Kalteng, 24 Mei 2025.
No comments